Subscribe:

Ads 468x60px

Tuesday, 03 March 2009

Beban dari orang lain

Semoga indah nya hari ini dengan senyum sang mentari yang menampakkan cahaya terang nya dapat kita nikmati bersama dalam suasana kesehatan yang prima dalam upaya mencapai kecemerlangan hidup.
Sahabat
Pada kesempatan yang baik ini izinkanlah saya sharing tentang MTGW yang kita saksikan bersama semalam .

Bangunlah Kemampuan untuk menjadi pribadi yang memikul beban dari sebanyak mungkin orang.

Terkadang kita merasa berat untuk memikul tugas atau beban yang diberikan oleh orang lain kepada kita, padahal itu semua untuk menjadikan pribadi kita pribadi yang Powerful.
So, Bangunlah kemampuan untuk menjadi pribadi yang mampu memikul beban dari sebanyak mungkin orang, karena orang yang dicadangkan sebagai pemikul beban orang lain akan dikuatkan oleh Tuhan dari sudut-sudut yang tidak diketahuinya.
Seorang Petarung Sejati tidak boleh tertangkap ketika tak bersenjata.
Untuk memulai melakukan sesuatu yang baik terkadang kita mensyaratkan suatu kondisi pada diri kita, padahal tidak harus kita menunggu kuat dulu sebelum berperang, atau kita harus lengkap dulu sebelum kita maju, majulah apa adanya. Dalam proses itu kita akan menemukan keajaiban-keajaiban , dari pribadi yang ingin membangun kekuatan seperti sebuah brigade. Karena Seorang petarung sejati, tidak boleh dia tertangkap ketika dia tidak bersenjata. Tidak bersenjata bukan berarti ke mana-mana harus membawa senjata. Tetapi dia belajar untuk menggunakan apa yang ada di lingkungannya apa yang ada di dirinya - sebagai senjata.
Jadilah pribadi yang mudah mendapat persetujuan.
Dalam peperangan sejati, Anda dikatakan menang pada detik pertama orang yang Anda hadapi menyatakan YA. Orang-orang yang berhasil, makmur dan berjaya dalam hidupnya adalah pribadi-pribadi yang mudah mendapatkan persetujuan. Jadi apa senjatanya? Itu sangat sederhana, terkadang itu terjadi hanya karena Anda adalah pribadi yang mudah untuk disayangi.
Kalau kita tahu tujuan kemenangan dalam hidup adalah YA, temukan semua yang ada dalam diri Anda yang mengundang persetujuan orang. Dan selalu itu adalah hal-hal yang berpihak kepada keuntungan orang lain.
So,
Syukurilah kemampuan atau senjata apa pun yang Anda miliki, karena menyesali senjata yang dimiliki adalah awal dari kekalahan. Karena kehidupan itu berdiri hormat kepada orang yang menghormati dirinya, apapun senjata yang dimilikinya.
Semakin Anda berkeringat di masa damai, semakin sedikit Anda berdarah di masa perang. The more you sweat in peace, the less you bleed in war.
Kita harus ambil pelajaran dari keperwiraan dalam militer, Semakin Anda berkeringat di masa damai, semakin sedikit Anda berdarah di masa perang.”. Banyak orang baru belajar menjelang ujian. Banyak orang baru menjadi pandai setelah terlambat menjadi pandai, karena pikirannya telah berkerak dan terlalu kaku untuk bergerak. Bagaimana kalau kita menyikapi kedamaian ini sebagai masa persiapan untuk berperang. Dan orang-orang yang persiapannya lebih besar dari tuntutannya, akan hidup dengan anggun dalam kedamaian.
Berfokuslah pada urusan yang menjadikan Anda besa.r
Banyak orang tidak mengerti bahwa semua urusan sebetulnya bebannya sebanding. Urusan besar dan urusan kecil bebannya pasti sebanding. Bukan karena perbedaan ukuran bebannya, tetapi karena orang yang diberikan beban besar adalah orang besar. Masalah kecil juga akan terasa berat bagi orang kecil. Jadi kalau semua urusan itu sebanding, jangan berfokus kepada urusan yang menjadikan Anda kecil.
Mengabdilah kepada atasan yang kaliber-nya besar.
Dan atap dari semua pengabdiannya adalah atasannya. Itu sebabnya kalau Anda mencadangkan kebesaran bagi diri sendiri, abdikanlah diri Anda kepada atasan yang kalibernya besar. Cara meningkatkan kelas adalah dengan meningkatkan orang yang mempercayai kita. Mengabdilah pada sebesar-besarnya atasan.
Sahabat,
Perlakukanlah senjata yang Anda miliki dengan baik.
Semua senjata yang makan tuan adalah senjata biasa, yang dipergunakan dengan sikap yang tidak baik. Apapun yang berangkatnya melingkar, kembalinya melingkar. Panahkan sesuatu yang bengkok, kalau tenaganya cukup kuat, ia akan kembali ke punggung kita. Semua senjata menjadi senjata makan tuan karena buruknya sikap. Jangan gunakan senjata dengan sikap dan cara-cara yang kemudian itu bisa mengena pada diri sendiri.
Beragamnya senjata memenangkan peperangan.
Peperangan dimenangkan bukan karena sama-nya senjata, melainkan dengan beragamnya senjata bagi beragamnya keperluan. Tukang kayu yang alatnya hanya palu, akan memperlakukan segala sesuatu seperti paku. Orang yang bacaan-nya hanya satu buku, dia sempit dalam menyikapi beragam permasalahan yang ada.
Jadilah pribadi yang siap dan mintalah peran kepada Tuhan untuk digunakan.
Jadilah pribadi yang ber-alat lengkap karena kehidupan ini menggunakan orang yang siap. Rencana Tuhan tidak akan diberikan kepada orang yang belum siap, atau yang kalau belum siap tidak mempersiapkan dirinya dengan segera. Jadilah pribadi selengkap mungkin lalu berbicaralah ke langit “Tuhan ku gunakanlah aku sebagai sebaik-baiknya alat bagi-Mu.”
Berlakulah dalam kebaikan.
Jangan robohkan pagar, kalau Anda tidak mengerti mengapa pagar itu didirikan. Kebaikan adalah pagar yang dibuat ribuan tahun yang lalu, dan tugasnya adalah memisahkan keburukan dari kebaikan. Orang-orang yang tanpa pengertian merobohkan pagar-pagar kebaikan, telah mengijinkan keburukan masuk kedalam hidupnya.
Dan mana mungkin hati kita damai, kalau porsi-porsi yang harusnya diisi dengan kebaikan itu diisi dengan keburukan. Sebetulnya kita sangat bebas saat kita teratur. Cobalah mencuri, lalu Anda akan segera merasakan ketidak-bebasan. Cobalah bicara dengan lantang dalam kemarahan, kalau tidak segera Anda bisu terbata-bata dalam permintaan maaf. Kebaikan itu ada tujuannya, hanya karena kita belum mengerti, tidak berarti kebaikan itu tidak perlu.
Orang yang mendekati kebaikan, pasti disucikan, tidak mungkin Anda diizinkan mendekati Tuhan dalam keadaan kotor. Itu sebabnya perjalanan akan terasa berat, karena Anda dicuci, disikat, disemprot, terkadang diperas, dibanting. Itu sebabnya perjalanan menuju penyucian itu tidaklah mudah. Semakin Anda merasakan sikat-sikat itu, seharusnya Anda menjadi lebih bahagia, karena kita semakin mendekati Tuhan.
Latihlah kehebatan Anda saat Anda sendiri.
Seorang yang cerdik akan berlaku hati-hati di hadapan banyak orang, tetapi seorang yang bijak akan berhati-hati justru saat sedang sendiri. Ukuran keperwiraan kita, dinilai dari apa yang kita lakukan saat tidak ada orang yang melihat. Maka pastikanlah Anda berhati-hati saat Anda sendiri, untuk melatih kehebatan Anda, saat Anda nanti tampil di hadapan banyak orang.
Mengetahui apa yang harus dikerjakan, dan betul-betul mengerjakannya, itu tidak untuk semua orang. Hanya orang yang hebat dan setia pada kebesaran hidupnya, yang segera setelah mengetahui apa yang harus dilakukannya, dia melakukannya.
Hormatilah diri sendiri
Sebagian besar penyesalan hidup adalah kita tidak melakukan yang seharusnya dilakukan. Dan penyia-nyiaan hidup adalah melakukan yang seharusnya tidak dilakukan.
Apabila Anda ingin berdamai dengan diri sendiri, jadilah pribadi yang dihormati oleh diri sendiri, sehingga nasehatnya segera didengar dan ditindak-lanjuti.
Ubahlah musuh Anda menjadi sahabat.
Cara terbaik untuk menghancurkan musuh adalah menjadikannya sahabat. Dan perlu diingat bermusuhan itu syaratnya harus dua orang. Kalau salah satunya bersikap ramah, maka tidak akan ada permusuhan. Perlu diperhatikan tidak ada orang 100% benar dan tidak ada orang 100% salah. Kalau Anda perwira yang besar, Anda ambil semua tanggung jawab itu pada diri Anda, sehingga Anda menjadi pribadi yang pantas disahabati, bahkan oleh musuh Anda.
Tuhan memuliakan kita dari apa yang kita lakukan
Penekanan kita terhadap Result Orientation telah berlebihan. Kehidupan itu keberhasilannya bukan sampai-nya, tetapi proses perjalanan-nya. Sehingga yang disebut kebahagiaan, bukan akhir dari perjalanan, tapi kualitas dari perjalanan Anda. Keseharian Anda itu dinilai dari prosesnya bukan hasilnya. Bukankah Tuhan memuliakan kita bukan dari yang kita miliki, tapi dari yang kita lakukan?.
Kalau dunia hanya melihat kualitas proses Anda, maka tampil-lah dan mulailah semua keindahan proses Anda, dari keindahan pribadi Anda.
Sebaik baik manusia adalah yang berguna bagi orang lain
Kita hanya bisa secemerlang sinar yang kita ijinkan masuk. Karena kita tidak memiliki sumber sinar, maka kita mengijinkan sinar masuk, untuk berpendar dan menjadikan diri kita baik.
Dalam memiliki, kita harus memiliki yang tepat, dan melepaskan juga harus melepaskan yang tepat. Sedikit saja kita keluar dari jalur kebaikan, sudah terkurangkan kualitas kehidupan kita. Tapi begitu kita kembali lagi kepada yang baik, akan terasa lagi damai.
Tegaslah untuk memiliki yang baik bagi orang lain, untuk menghilangkan yang kehilangannya membaikkan diri kita bagi orang lain. Bukankah sebaik-baiknya manusia, adalah manusia yang berguna bagi orang lain?
Logis-lah kepada kemungkinan Anda untuk menang, dan ramah-lah kepada kemungkinan Anda untuk kalah
Kekalahan adalah konsekuensi logis dari upaya untuk mencapai kemenangan. Pribadi pemenang melakukan apapun, tanpa kekhawatiran tentang kekalahan. Karena dia pribadi yang adil, apabila dia menginginkan kemenangan, diapun harus bersedia menerima kekalahan.
Pribadi seperti ini menjadi pribadi yang ikhlas sekali, karena penggunaan senjata apapun menjadi turun kualitasnya, di tangan seorang yang tegang. Dan Anda hanya bisa tegang, jika kekalahan itu menakutkan Anda.
Tetapi jika ketakutan akan kekalahan itu dikalahkan oleh ketertarikan Anda untuk menang, maka kedamaian Anda menjadi tangan yang sangat steady untuk memegang senjata yang menjadi penghantar bagi kemenangan Anda. Logislah kepada kemungkinan Anda untuk menang, dan ramahlah kepada kemungkinan Anda untuk kalah, karena itu satu-satunya cara untuk menjadi pribadi pemenang.
Seorang perwira akan memutuskan apapun walaupun itu tidak populer. Bisa saja hal itu tidak disetujui, asal tujuannya untuk kebaikan yang dipimpinnya. Dia tahu keputusannya baik, apabila itu mendatangkan kebaikan. Soal penolakan anak buah adalah masalah penjelasan.
Seorang pemimpin harus sangat yakin mengenai nilai dari keputusannya. Karena pemimpin adalah tugasnya memutuskan, dan itu tidak bisa diwakilkan. Maka putuskanlah untuk kebaikan.
Kekalahan yang dipersiapkan adalah persiapan untuk menang berikutnya.
Kesimpulan:

Untuk jadi pemenang kita tidak harus mengalahkan orang. Justru kemenangan yang utuh adalah keberhasilan dalam memenangkan orang lain.
Anjuran nya :
Berlakulah damai, dan rayakanlah upaya orang lain untuk mencapai kemenangan, lalu perhatikan apa yang terjadi.

0 comments:

CONTENT BLOGGER HERE
CONTENT TWITTER HERE
CONTENT FACEBOOK HERE